Ransomware menjadi salah satu tipe malware yang mengalami peningkatan aktivitas di seluruh dunia termasuk juga diperkirakan di Indonesia. Tahun ini secara global sudah diketahui peningkatan sampai 200 jenis family ransomware yang ada.
Ketua Id-SIRTII Rudi Lumanto mengatakan bahwa di Indonesia kasus ransomware diketahui secara sporadis karena tidak ada yang melaporkan secara resmi.
"Jumlahnya tahun ini diperkirakan sampai ribuan kasus," katanya di Jakarta, Kamis (3/11/2016).
Sebuah perusahaan antivirus menyebutkan dalam sehari ada 14 kasus ransomware di Indonesia. "Seandainya dalam setiap kasus ransomware saja, tiap korban membayar rata rata USD1.000, total kerugian selama setahun bisa mencapai lebih dari Rp50 miliar, belum lagi dihitung kerugian waktu dan lain lainnya" jelasnya.
Menurut Checkpoint Security Report 2016, sebanyak 82% dari perusahaan mengakses sebuah website yang berbahaya atau malicious. 88% perusahaan mengalami insiden kehilangan data dan 89% perusahaan mengunduh malicious file.
Pencurian data yang terjadi, menurut riset Ponemon Institute, menimbulkan kerugian hingga rata-rata US$4 juta per kejadian dengan rincian kerugian sekitar US$158 per data atau informasi rahasia yang dicuri. Faktor utama penyebab hilangnya data adalah serangan cyber (48%), diikuti oleh kegagalan program dan sistem (27%) dan human error (25%).