Surabaya (beritajatim.com) – Indonesia bisa menjadi negara ekonomi digital yang maju di Asia Tenggara dan diprediksi akan mampu meraup dana senilai USD 130 miliar di tahun 2020. Hal itu diungkapkan oleh Erwin Kuncoro, Presiden Direktur Virtus. Namun demikian, menurut Erwin, hal itu akan terjadi jika perusahaan di Tanah Air mampu melakukan transformasi.
"Saat ini setiap negara tengah berlomba menjadi negara berbasis ekonomi digital. Dan bisnis harus bertransformasi menjadi bisnis yang memiliki tiga hal berikut: real time, inovatif dan gesit untuk mengambil bagian di ekonomi digital. Selain penerapan teknologi yang tepat, inovasi menjadi kunci kesuksesan dari proses ini. Para pemimpin bisnis harus mampu menginspirasi karyawan dalam menciptakan produk baru, merancang ulang proses dan strategi bisnis," jelasnya, Kamis (18/5/2017).
Untuk itu, lanjut Erwin, melalui pertemuan Virtus Showcase ini, profesional bisnis yang hadir dapat belajar dari para pembicara ahli tentang bagaimana bisnis dapat berinovasi untuk memanfaatkan peluang baru serta melindungi aset berharga dari potensi serangan cyber agar proses transformasi berjalan aman.
"Dan produk kami sudah terbukti saat serangan Ransomware tahun lalu dan tahun ini, tak ada klien kami yang terkena serangannya," ujar Erwin Kuncoro.
Pertumbuhan bisnis dan transformasi digital tengah menjadi prioritas bisnis di 2017 menurut survey Gartner terhadap 388 CEO di seluruh dunia. Gartner mencatat 56% CEO mengaku inovasi digital telah membantu meningkatkan pendapatan bagi perusahaan, di mana 22% di antaranya tengah menjadikan digital sebagai inti dari bisnis mereka.
Gartner berpendapat CEO berperan penting dalam perjalanan transformasi digital perusahaan dan kerja sama antara CEO dan CIO sangatlah diperlukan. Riset serupa keluaran Forbes terhadap 400 pemimpin bisnis di dunia mengatakan, sebanyak 72% responden mengaku perusahaan mereka telah mengalami peningkatan pangsa pasar dan 66% responden merasakan benefit di sisi inovasi produk.
"Ekonomi digital menciptakan sebuah dunia yang di dalamnya segala sesuatu saling terhubung, sehingga mengubah cara kita hidup dan bekerja. Dalam dunia bisnis, banyak perusahaan berlomba-lomba melakukan transformasi digital, namun mereka masih terkendala oleh infrastruktur TI yang kurang memadai. Seperti perangkat TI yang belum terbaharui, kurangnya staf berkualitas, dan masalah keamanan yang mengancam jaringan dan sistem TI mereka," ujar Catherine Lian, Managing Director Dell EMC Indonesia.
"Dell EMC sebagai penyedia solusi TI end-to-end terdepan di dunia hadir sebagai mitra industri untuk membantu proses modernisasi infrastruktur TI dengan menyediakan beragam solusi sekaligus menyederhanakan infrastruktur TI, mempersingkat proses kerja, serta mengurangi biaya dan waktu," sambungnya.
"Keamanan informasi menjadi bagian penting dalam setiap inisiatif transformasi digital seiring dengan semakin tingginya jumlah perangkat yang terkoneksi ke sistem TI perusahaan. Riset Sophos menemukan bahwa pelaku kejahatan cyber di tahun 2017 akan semakin handal dalam menemukan celah keamanan di mana sebagian besar terdapat pada user," jelas Djuniarto Lukman, Country Manager Sophos Indonesia
"Hal ini perlu menjadi perhatian perusahaan untuk dapat mengedukasi karyawannya selain dengan melindungi sistem TI mereka dengan solusi keamanan menyeluruh yang dapat mendeteksi sekaligus mencegah aktivitas mencurigakan yang terjadi di dalam ekosistem TI milik perusahaan," pungkasnya.